"Ketika Pendidikan Jadi Konten: Hilangnya Makna Belajar di Zaman Viral"→

Innalillahi, Dunia Pendidikan Kita Lagi-lagi Diuji…

Innalillahi, Dunia Pendidikan Kita Lagi-lagi Diuji…

oleh: Dika Abu Hanifah

Innalillahi… Kadang miris, kadang geleng-geleng, kadang malah ketawa sinis. Tapi yang jelas: dunia pendidikan kita hari ini sedang mengalami badai. Dan ini bukan badai kecil, tapi badai yang isinya PR segunung mulai dari sistem guru, murid, orang tua, sampai manajemen lembaga pendidikan itu sendiri. Semuanya seperti sedang diuji, dicabik-cabik oleh zaman dan mentalitas yang entah siapa yang bawa, tapi sudah menyebar ke mana-mana.

Kalau dulu yang disebut revolusi pendidikan adalah perubahan kurikulum atau metode mengajar, sekarang? Revolusinya malah berubah jadi adu validasi dan adu mental baper.

Bagaimana tidak, coba lihat sendiri—guru menegur, murid lapor. Murid bandel ditegur, orang tua ngamuk. Kepala sekolah bikin kebijakan, wali murid bikin laporan polisi. Sekolah kasih aturan, masyarakat nyinyir di media sosial. Seolah semua masalah harus ditarik ke meja hukum, ke konten tiktok, ke story WA, dan jangan lupa: ke meja gosip RT.

Padahal ya, kalau kita mau jujur… ini bukan soal siapa yang salah, tapi siapa yang mau belajar dewasa. Hari ini, dunia pendidikan bukan lagi tempat menanam etika, tapi jadi ajang drama dan eksistensi. Jiwa yang tertanam di generasi sekarang—baik guru, murid, orang tua, bahkan sistem—adalah:

  • Jiwa validasi: semua mau merasa paling benar, paling menderita, paling paham.
  • Jiwa baper: dikritik sedikit langsung lapor, dikasih saran langsung bilang ‘body shaming’.
  • Jiwa caper: demi dilihat, didengar, diviralkan… rela rekam aib sekolah sendiri, upload, terus ngaku korban.

Padahal, dulu guru salah dikit masih bisa dimaklumi. Murid kurang ajar pun masih bisa didekati. Sekarang? Salah ngomong bisa viral. Salah mendidik, langsung trending. Dunia pendidikan sudah nggak sesakral dulu. Udah kayak konten creator, tiap langkah harus mikir, "Eh ini bakal discreenrecord nggak ya?"

Akhirnya, yang terjadi: semua takut. Guru takut salah. Murid takut ditegur. Orang tua takut anaknya ketinggalan eksistensi. Dan dunia pendidikan? Cuma jadi panggung sandiwara tanpa naskah.

Tapi ya gimana? Kita ini hidup di zaman di mana orang lebih cepat buka kamera daripada buka hati. Lebih senang buka forum aduan daripada buka obrolan tatap muka. Dan lebih sibuk menyalahkan sistem daripada memperbaiki akhlak. Saya nggak bilang semua guru benar. Nggak juga semua murid salah. Tapi ketika semua pihak saling menganggap dirinya korban dan pihak lain penjahat, maka sampai kiamat pun dunia pendidikan kita nggak akan nemu ujung damainya.

Maka dari itu, kalau masih ada yang sadar… yuk turunkan ego. Pendidikan itu bukan hanya soal nilai, tapi soal nilai-nilai. Dan kalau hari ini anak-anak lebih sibuk cari pembenaran daripada kebenaran, mungkin cerminnya bukan di kelas, tapi di rumah… di masyarakat… dan di hati kita masing-masing.

Wallahu a’lam bishowab. Barakallahu fiikum.

Posting Komentar untuk ""Ketika Pendidikan Jadi Konten: Hilangnya Makna Belajar di Zaman Viral"→"